BEKASI |infokeadilan.com – Proyek galian pipa PDAM dalam kegiatan “Pengembangan Jaringan Distribusi IPA Tanah Merah, Kecamatan Cikarang Utara” menuai keluhan warga Desa Waluya, pada Kamis (18/09/2025).
Warga menilai pekerjaan galian dilakukan secara asal-asalan. Hal ini terlihat dari tumpukan tanah yang diletakkan di pintu masuk Perumahan BCL, tepat di area pangkalan ojek, sehingga memakan bahu jalan. Ironisnya, di sekitar lokasi pekerjaan tidak terlihat adanya garis pembatas atau safety line yang seharusnya dipasang untuk menjamin keamanan masyarakat maupun pengguna jalan.
Proyek yang berlokasi di Desa Waluya ini dikerjakan oleh PT Rafa Karya Indonesia berdasarkan nomor SPMK 000.3.3/252.272/SPMK/PSDA/DSDABMBK/2025, dengan sumber anggaran dari APBD Tahun 2025.
Padahal, penggunaan safety line berupa pita pembatas warna sangat penting agar area kerja jelas teridentifikasi sebagai zona berbahaya. Tanpa adanya pengamanan tersebut, pekerja maupun masyarakat rentan terhadap risiko kecelakaan.
Menanggapi hal itu, awak media mencoba meminta keterangan dari Pemerintah Desa Waluya. Sekretaris Desa Waluya, Een M. Fansuri, membenarkan adanya keluhan masyarakat atas pekerjaan proyek tersebut.
“Awalnya memang ada yang menghubungi saya, berinisial (M). Namun setelah pekerjaan berjalan, beberapa warga kami datang ke kantor desa menyampaikan keluhan karena tanah hasil galian ditumpuk dan berserakan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pihak desa tidak tinggal diam setelah menerima laporan dari warga.
“Dari dasar keluhan warga itu, kami pun merespon dan menyampaikan kepada pihak terkait. Walaupun masyarakat kami sangat membutuhkan sarana air bersih dari PDAM, cara kerja PT Rafa Karya Indonesia tetap harus diperhatikan. Minimal ada pengawasan, agar bisa terlihat bagaimana para pekerja menjalankan tugasnya,” ucapnya.
Een juga menambahkan bahwa ia sempat memanggil salah seorang mandor proyek. Namun hingga kini yang bersangkutan tidak pernah datang ke kantor desa.
“Selain itu, proyek galian ini juga tidak memasang papan informasi pekerjaan. Jadi kami di desa tidak tahu kapan proyek dimulai dan kapan akan selesai. Sampai saat ini pun belum ada konfirmasi lebih lanjut dari pihak pelaksana,” ujarnya.
“Jangan sampai hanya laporan kata mandor beres, tapi kenyataannya di bawah tidak beres,” tegas Een menutup keterangannya.
Pihak Pemerintah Desa Waluya berharap kontraktor segera turun langsung meninjau kondisi di lapangan.
•Wan/Red